Di pertengahan abad ke-6 Masehi, para peneliti dan arkeolog menemukan bahwa bumi saat itu menghadapi bencana yang sangat besar dalam skala global. Dunia selalu gelap seperti malam, terkadang muncul matahari, namun sangat sebentar setelah itu lenyap kembali. Dunia menjadi sangat dingin. Pohon-pohon yang masih bertahan dan hingga kini berusia ribuan tahun dijadikan sampel penelitian untuk melihat tree-ring atau lingkar tahun pohonnya (dondrologi) dan ditemukan bahwa kondisi iklim yang berat itu memengaruhi pertumbuhan mereka. Sehingga benar adanya penemuan bahwasanya manusia di masa itu mengalami gagal panen dan kematian hewan ternak yang massif.
Untuk mengetahui apa yang
menyebabkan bencana iklim yang sangat besar hingga membuat manusia kehilangan sumber
makanannya itu, para ilmuwan meneliti kandungan apa yang ada di dalam lapisan tanah
di abad ke-6 Masehi. Sampel terbaik adalah tanah pada lapisan es kutub, baik
utara maupun selatan, karena suhu dingin ‘mengawetkan’ kandungan apapun yang
ada pada lapisannya. Ternyata, didapati bahwa lapisan es pada abad ke-6 Masehi
mengandung unsur belerang yang sangat banyak. Belerang adalah unsur yang banyak
didapati dari letusan gunung berapi.
Iklim yang dingin pada akhirnya
juga menurunkan temperatur daerah-daerah khatulistiwa, termasuk Afrika. Sejak
dahulu, daerah ini memang menjadi tempat persemaian berbagai bibit penyakit,
namun tidak berdampak parah karena daerah ini adalah daerah yang cenderung
panas sehingga mematikan bibit-bibit tersebut. Akan tetapi suhu yang lebih
rendah (suhu yang menjadi pas: tidak panas-tidak dingin) membuat
perkembangbiakan menjadi ‘lebih lancar’ dan muncullah suatu penyakit yang
berasal dari bakteri, disebarkan oleh lalat. Penyakit ini adalah bubonic
plague, Justinian plague (seperti nama kasiar Roma saat itu, Justinian I), atau the first plague pandemic, dalam istilah Arab juga
dikenal sebagai wabah tha’un. Penderitanya akan mengalami pembengkakan
kelenjar yang berisi nanah (gimana ya gambarinnya, kalian pernah cacar kan, bayangin ini berkali-kali lipat lebih gede), dan bukan hanya nanah penyakit ini akan mematikan jaringan di
sekeliling benjolan itu dan akhirnya bisa membuat manusia mati.
Lalat pembawa penyakit tersebut
masuk ke dalam barang-barang yang diimpor oleh Kekaisaran Romawi mulai dari
komoditi mahal hingga produk pangan seperti gandum. Berangkatlah penyakit itu
dari Afrika ke Eropa, dan dalam 1-2 dekade berikutnya, jutaan kematian tercatat
di Konstantinopel diakibatkan oleh penyakit itu. Bukan hanya di kota pusat
pemerintahan ini, tha’un juga menyebar ke seluruh daerah Romawi lainnya,
membuat kekaisaran ini semakin lama semakin lumpuh (meskipun memang tha’un tidak
hanya menyerang Romawi, namun juga daerah-daerah lainnya di dunia termasuk
negeri adidaya lainnya, Persia). Akan tetapi, sebagai negeri adidaya pada
masanya kemunduran Romawi sangat memengaruhi peradaban manusia, dan ini salah
satunya didukung oleh keberadaan wabah tersebut.
Sehingga, bukan hanya gagal panen
ya, bencana iklim yang sangat besar tadi juga membuat munculnya wabah paling mematikan
di masa itu, hingga membuat lumpuhnya suatu peradaban besar?!
...
Pertama, review sejarah ini cuma catatan pribadi hehe. Bahkan kayanya ngga bisa disebut sebagai review sejarah – mungkin lebih tepatnya ‘cerita’ ya, yang dituturkan oleh orang awam yang tertarik aja sama sejarah seperti saya ini, dan ini pun dapetnya juga cuma dari nonton dokumenter dan membaca artikel populer dari internet 😊
Tapi benar ya kalau firman Allah di surah ar-Rum ayat 9, mumpung kita juga bicara soal Romawi nih hehe. Kata Allah,
Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.
Surat ar-Rum ini sendiri berisi
banyak sekali perintah untuk ‘memerhatikan’ realita bahwa “hei manusia, kamu
itu kecil loh. Coba lihat tanda-tanda kebesaran Tuhanmu di sekelilingmu. Kurang
jelas apa bahwa dunia dan seisinya ini diciptakan-Nya? Bukan tercipta dengan
sendirinya? Kalau gitu kenapa kamu masih sombong” – Nanti temen-temen bisa cek
sendiri di Qurannya masing-masing yha wkwk.
Intinya adalah dari mengamati
fakta (termasuk sejarah) seharusnya kita bisa mengambil hikmah dan menambah
keimanan.
.
Namun, seandainya penemuan arkeologis ini masih kurang tepat/kurang lengkap (tentunya karena keterbatasan ilmuwannya dalam mengeksplorasi), bukan berarti hikmah kekuasaan Allah ini lantas hilang yah... Karena sebagaimana masa depan, masa lalu pun bisa menjadi ghaib jika memang tidak ada catatan yang jelas yang bisa diindera oleh manusia. Tentunya dalam memperlakukan hal ghaib, kita juga harus mengembalikannya kepada Allah sebagaimana ayat yang suka kalian baca di zikir Al-Ma’tsurat pagi dan petang kan? Surat al-Baqarah ayat 3,
Beriman kepada yang ghaib.
Seringnya, manusia hanya mampu
menganalisis apa yang bisa mereka indera. Seringnya juga, banyak hal yang
berada di luar jangkauan indera dan akal manusia yang kecil dan hanya bisa ber-tadabbur
ini.
Dari membaca catatan sejarah
tadi, ada ngga sih di antara kalian yang terbersit perasaan merinding? “Gimana
bisa ya, gunung meletus membuat peradaban yang sangat besar dan kuat berkuasa
hingga ribuan tahun lumpuh hanya dalam satu abad?”
.
Ada ayat senada dengan ar-Rum ayat 9 tadi yang diperingatkan Allah kepada manusia, kali ini di surat Ali Imran ayat 137,
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah. Karena itu berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul).
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat
ini dijelaskan untuk menghibur kaum Muslimin yang kalah di Perang Uhud melawan
orang-orang zalim dari kalangan kafir Quraisy. Yang dimaksud dengan sunnah-sunnah
Allah adalah hukuman berupa malapetaka dan bencana yang ditimpakan kepada
umat terdahulu karena mengingkari rasulnya.
“Nggapapa kalah, yang penting
kalian di jalan kebenaran. Nggapapa kalah – hari ini – karena Allah menjamin
bahwa ketika memang tiba masanya untuk menang, Allah akan membuat kemenangan atas
kita semudah menjentikkan jari. Buktinya dulu sudah pernah menang kan di Perang
Badar? Masih ada perjuangan-perjuangan berikutnya untuk menang dari kezaliman. Jadi,
bagaimana kalian melayakkan diri untuk menjemput kemenangan itu?”
Sehingga di ayat ke-140 surat Ali Imran, Allah berfirman,
Jika kalian (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Persia punya waktunya, Romawi
punya waktunya, Islam pun punya waktunya. Meskipun sama-sama besar dan berjaya,
apa yang membedakan ‘kejayaan’ Persia, Romawi, dan Islam?
Jawabannya adalah kerendah hatian manusia di peradaban Islam dalam menerima posisinya sebagai hamba Allah, sehingga Allah menilai layaknya mereka untuk menerima kemenangan dan pertolongan Allah. Dengan menyadari posisinya sebagai hamba, maka pastinya umat Islam akan mengikuti arahan perintah ‘Tuannya’, yaitu Allah subhanahu wata’ala.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.
– surat al-A’raf ayat 96.
Aturan-aturan Allah adalah berkah
dan rahmat jika diikuti. Sementara orang yang tidak mengikuti aturan Allah
berarti mengikuti aturan siapa? Aturan hawa nafsunya sendiri bukan? Padahal
manusia memiliki keterbatasan.
Inilah mengapa di penghujung surat ar-Rum, Allah memperingatkan sesuatu bukan hanya kepada peradaban Rum yang semena-mena dan sangat angkuh terhadap Allah itu, namun juga peradaban lainnya apapun di dunia yang melakukan hal serupa (meskipun mengaku Muslim dan tetap mengerjakan shalat seperti Konoha yang banyak bencana ini :”3). Jika tidak melaksanakan aturan Allah secara menyeluruh, lantas memakai aturan siapa? Mana ada ‘hamba’ yang memilih-milih aturan Tuannya, kok ngeyel?
Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Alquran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata, ‘Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka.’ Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.
– ar-Rum ayat 58-60.
Bagi seorang Muslim, inilah
sesungguhnya fungsi ilmu. Ilmu bukan hanya untuk memuaskan intelektualitas,
namun menyadarkan setiap insan tentang keagungan Allah dan memotivasi manusia
untuk selalu taat kepada-Nya.
Taat kepada-Nya berarti berjuang
melaksanakan aturan-aturan-Nya, baik untuk diri sendiri, masyarakat, maupun
suatu peradaban negeri. Taat kepada-Nya BUKAN dengan PASRAH, mengartikan kalimat
“kemenangan akan dipergirilirkan” sebagai “yowis lah, ngga usah
diperjuangin, toh nanti kalau menang, ya menang sendiri sama Allah?”
Padahal Allah meminta kita untuk mengambil
pelajaran dari orang-orang yang pernah ‘kalah’: yaitu karena meninggalkan
Islam sebagai pedoman.
.
Sedikit catatan sejarah tambahan,
wilayah Romawi semakin berkurang ketika di-futuhat (bebaskan) oleh pasukan
Muslim di masa Khulafaur Rasyidin, hingga generasi-generasi berikutnya, dimana
aturan Islam ditegakkan dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman Islam melekat erat
di tengah masyarakat sebagaimana entertainment ‘melekat’ di kehidupan
masyarakat kita hari ini.
Konstantinopel jatuh di tangan pasukan
Muslim pimpinan Muhammad al-Fatih pada 1453, yang menurut hadits Rasulullah pasukan
yang bisa menaklukkannya adalah sebaik-baiknya pasukan dalam keimanan, yang
berarti seluruh lapisan prajurit itu berusaha keras menaati Allah. Romawi
runtuh.
.
Wallahu a’lam bis shawab.
References:
- Alquran al-Karim.
- http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali-imran-ayat-137-143.html
- http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-ar-rum-ayat-58-60.html
- https://www.youtube.com/watch?v=cKUz5Vjq9-s&ab_channel=Timeline-WorldHistoryDocumentaries
- https://www.youtube.com/watch?v=0JBdedLx-GI&ab_channel=Timeline-WorldHistoryDocumentaries
- Nizhamul Islam, bab 01, 02, dan
03 – Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.
- Tarikh Khulafa’, bab Umar bin
Khattab dan Utsman bin Affan – Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi.


Komentar
Posting Komentar