Langsung ke konten utama

Bencana Iklim Besar, Keruntuhan Romawi, Kebangkitan Islam

Di pertengahan abad ke-6 Masehi, para peneliti dan arkeolog menemukan bahwa bumi saat itu menghadapi bencana yang sangat besar dalam skala global. Dunia selalu gelap seperti malam, terkadang muncul matahari, namun sangat sebentar setelah itu lenyap kembali. Dunia menjadi sangat dingin. Pohon-pohon yang masih bertahan dan hingga kini berusia ribuan tahun dijadikan sampel penelitian untuk melihat tree-ring atau lingkar tahun pohonnya (dondrologi) dan ditemukan bahwa kondisi iklim yang berat itu memengaruhi pertumbuhan mereka. Sehingga benar adanya penemuan bahwasanya manusia di masa itu mengalami gagal panen dan kematian hewan ternak yang massif.

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan bencana iklim yang sangat besar hingga membuat manusia kehilangan sumber makanannya itu, para ilmuwan meneliti kandungan apa yang ada di dalam lapisan tanah di abad ke-6 Masehi. Sampel terbaik adalah tanah pada lapisan es kutub, baik utara maupun selatan, karena suhu dingin ‘mengawetkan’ kandungan apapun yang ada pada lapisannya. Ternyata, didapati bahwa lapisan es pada abad ke-6 Masehi mengandung unsur belerang yang sangat banyak. Belerang adalah unsur yang banyak didapati dari letusan gunung berapi.

Sekarang pertanyaannya adalah, gunung berapi yang mana yang dapat menyebarkan unsur belerang itu hingga ke dua arah; utara dan selatan? Pastilah gunung berapi itu terletak di khatulistiwa, karena angin di daerah khatulistiwa saja lah yang dapat bergerak ke utara dan selatan sekaligus akibat arah perputaran bumi. Jadi, apakah ada gunung berapi di khatulistiwa yang mengalami letusan besar pada abad ke-6 Masehi? Para peneliti memberikan teori yang sangat kuat bahwa ada sebuah gunung aktif di dekat Samudera Hindia yang mampu menyebarkan abu vulkanik mengandung belerang itu ke seluruh dunia, Krakatau namanya.

Iklim yang dingin pada akhirnya juga menurunkan temperatur daerah-daerah khatulistiwa, termasuk Afrika. Sejak dahulu, daerah ini memang menjadi tempat persemaian berbagai bibit penyakit, namun tidak berdampak parah karena daerah ini adalah daerah yang cenderung panas sehingga mematikan bibit-bibit tersebut. Akan tetapi suhu yang lebih rendah (suhu yang menjadi pas: tidak panas-tidak dingin) membuat perkembangbiakan menjadi ‘lebih lancar’ dan muncullah suatu penyakit yang berasal dari bakteri, disebarkan oleh lalat. Penyakit ini adalah bubonic plague, Justinian plague (seperti nama kasiar Roma saat itu, Justinian I), atau the first plague pandemic, dalam istilah Arab juga dikenal sebagai wabah tha’un. Penderitanya akan mengalami pembengkakan kelenjar yang berisi nanah (gimana ya gambarinnya, kalian pernah cacar kan, bayangin ini berkali-kali lipat lebih gede), dan bukan hanya nanah penyakit ini akan mematikan jaringan di sekeliling benjolan itu dan akhirnya bisa membuat manusia mati.

Lalat pembawa penyakit tersebut masuk ke dalam barang-barang yang diimpor oleh Kekaisaran Romawi mulai dari komoditi mahal hingga produk pangan seperti gandum. Berangkatlah penyakit itu dari Afrika ke Eropa, dan dalam 1-2 dekade berikutnya, jutaan kematian tercatat di Konstantinopel diakibatkan oleh penyakit itu. Bukan hanya di kota pusat pemerintahan ini, tha’un juga menyebar ke seluruh daerah Romawi lainnya, membuat kekaisaran ini semakin lama semakin lumpuh (meskipun memang tha’un tidak hanya menyerang Romawi, namun juga daerah-daerah lainnya di dunia termasuk negeri adidaya lainnya, Persia). Akan tetapi, sebagai negeri adidaya pada masanya kemunduran Romawi sangat memengaruhi peradaban manusia, dan ini salah satunya didukung oleh keberadaan wabah tersebut.

Sehingga, bukan hanya gagal panen ya, bencana iklim yang sangat besar tadi juga membuat munculnya wabah paling mematikan di masa itu, hingga membuat lumpuhnya suatu peradaban besar?!

...

Pertama, review sejarah ini cuma catatan pribadi hehe. Bahkan kayanya ngga bisa disebut sebagai review sejarah – mungkin lebih tepatnya ‘cerita’ ya, yang dituturkan oleh orang awam yang tertarik aja sama sejarah seperti saya ini, dan ini pun dapetnya juga cuma dari nonton dokumenter dan membaca artikel populer dari internet 😊

Tapi benar ya kalau firman Allah di surah ar-Rum ayat 9, mumpung kita juga bicara soal Romawi nih hehe. Kata Allah, 

Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri.

Surat ar-Rum ini sendiri berisi banyak sekali perintah untuk ‘memerhatikan’ realita bahwa “hei manusia, kamu itu kecil loh. Coba lihat tanda-tanda kebesaran Tuhanmu di sekelilingmu. Kurang jelas apa bahwa dunia dan seisinya ini diciptakan-Nya? Bukan tercipta dengan sendirinya? Kalau gitu kenapa kamu masih sombong” – Nanti temen-temen bisa cek sendiri di Qurannya masing-masing yha wkwk.

Intinya adalah dari mengamati fakta (termasuk sejarah) seharusnya kita bisa mengambil hikmah dan menambah keimanan.

.

Namun, seandainya penemuan arkeologis ini masih kurang tepat/kurang lengkap (tentunya karena keterbatasan ilmuwannya dalam mengeksplorasi), bukan berarti hikmah kekuasaan Allah ini lantas hilang yah... Karena sebagaimana masa depan, masa lalu pun bisa menjadi ghaib jika memang tidak ada catatan yang jelas yang bisa diindera oleh manusia. Tentunya dalam memperlakukan hal ghaib, kita juga harus mengembalikannya kepada Allah sebagaimana ayat yang suka kalian baca di zikir Al-Ma’tsurat pagi dan petang kan? Surat al-Baqarah ayat 3, 

Beriman kepada yang ghaib.

Seringnya, manusia hanya mampu menganalisis apa yang bisa mereka indera. Seringnya juga, banyak hal yang berada di luar jangkauan indera dan akal manusia yang kecil dan hanya bisa ber-tadabbur ini.

Dari membaca catatan sejarah tadi, ada ngga sih di antara kalian yang terbersit perasaan merinding? “Gimana bisa ya, gunung meletus membuat peradaban yang sangat besar dan kuat berkuasa hingga ribuan tahun lumpuh hanya dalam satu abad?”

.

Ada ayat senada dengan ar-Rum ayat 9 tadi yang diperingatkan Allah kepada manusia, kali ini di surat Ali Imran ayat 137, 

Sesungguhnya   telah   berlalu   sebelum   kalian   sunnah-sunnah Allah. Karena itu berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul).

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat ini dijelaskan untuk menghibur kaum Muslimin yang kalah di Perang Uhud melawan orang-orang zalim dari kalangan kafir Quraisy. Yang dimaksud dengan sunnah-sunnah Allah adalah hukuman berupa malapetaka dan bencana yang ditimpakan kepada umat terdahulu karena mengingkari rasulnya.

“Nggapapa kalah, yang penting kalian di jalan kebenaran. Nggapapa kalah – hari ini – karena Allah menjamin bahwa ketika memang tiba masanya untuk menang, Allah akan membuat kemenangan atas kita semudah menjentikkan jari. Buktinya dulu sudah pernah menang kan di Perang Badar? Masih ada perjuangan-perjuangan berikutnya untuk menang dari kezaliman. Jadi, bagaimana kalian melayakkan diri untuk menjemput kemenangan itu?”

Sehingga di ayat ke-140 surat Ali Imran, Allah berfirman, 

Jika kalian (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,

Persia punya waktunya, Romawi punya waktunya, Islam pun punya waktunya. Meskipun sama-sama besar dan berjaya, apa yang membedakan ‘kejayaan’ Persia, Romawi, dan Islam?

Jawabannya adalah kerendah hatian manusia di peradaban Islam dalam menerima posisinya sebagai hamba Allah, sehingga Allah menilai layaknya mereka untuk menerima kemenangan dan pertolongan Allah. Dengan menyadari posisinya sebagai hamba, maka pastinya umat Islam akan mengikuti arahan perintah ‘Tuannya’, yaitu Allah subhanahu wata’ala.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.  
– surat al-A’raf ayat 96.

Aturan-aturan Allah adalah berkah dan rahmat jika diikuti. Sementara orang yang tidak mengikuti aturan Allah berarti mengikuti aturan siapa? Aturan hawa nafsunya sendiri bukan? Padahal manusia memiliki keterbatasan.

Inilah mengapa di penghujung surat ar-Rum, Allah memperingatkan sesuatu bukan hanya kepada peradaban Rum yang semena-mena dan sangat angkuh terhadap Allah itu, namun juga peradaban lainnya apapun di dunia yang melakukan hal serupa (meskipun mengaku Muslim dan tetap mengerjakan shalat seperti Konoha yang banyak bencana ini :”3). Jika tidak melaksanakan aturan Allah secara menyeluruh, lantas memakai aturan siapa? Mana ada ‘hamba’ yang memilih-milih aturan Tuannya, kok ngeyel

Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Alquran ini segala macam perumpamaan untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan berkata, ‘Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat kepalsuan belaka.’ Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.
 – ar-Rum ayat 58-60.

Bagi seorang Muslim, inilah sesungguhnya fungsi ilmu. Ilmu bukan hanya untuk memuaskan intelektualitas, namun menyadarkan setiap insan tentang keagungan Allah dan memotivasi manusia untuk selalu taat kepada-Nya.

Taat kepada-Nya berarti berjuang melaksanakan aturan-aturan-Nya, baik untuk diri sendiri, masyarakat, maupun suatu peradaban negeri. Taat kepada-Nya BUKAN dengan PASRAH, mengartikan kalimat “kemenangan akan dipergirilirkan” sebagai “yowis lah, ngga usah diperjuangin, toh nanti kalau menang, ya menang sendiri sama Allah?”

Padahal Allah meminta kita untuk mengambil pelajaran dari orang-orang yang pernah ‘kalah’: yaitu karena meninggalkan Islam sebagai pedoman.

.

Sedikit catatan sejarah tambahan, wilayah Romawi semakin berkurang ketika di-futuhat (bebaskan) oleh pasukan Muslim di masa Khulafaur Rasyidin, hingga generasi-generasi berikutnya, dimana aturan Islam ditegakkan dalam kehidupan masyarakat. Pemahaman Islam melekat erat di tengah masyarakat sebagaimana entertainment ‘melekat’ di kehidupan masyarakat kita hari ini.

Konstantinopel jatuh di tangan pasukan Muslim pimpinan Muhammad al-Fatih pada 1453, yang menurut hadits Rasulullah pasukan yang bisa menaklukkannya adalah sebaik-baiknya pasukan dalam keimanan, yang berarti seluruh lapisan prajurit itu berusaha keras menaati Allah. Romawi runtuh.

.

Wallahu a’lam bis shawab.

 

References:

- Alquran al-Karim.

- http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali-imran-ayat-137-143.html

- http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-ar-rum-ayat-58-60.html

- https://www.youtube.com/watch?v=cKUz5Vjq9-s&ab_channel=Timeline-WorldHistoryDocumentaries

- https://www.youtube.com/watch?v=0JBdedLx-GI&ab_channel=Timeline-WorldHistoryDocumentaries

- Nizhamul Islam, bab 01, 02, dan 03 – Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.

- Tarikh Khulafa’, bab Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan – Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Husband, Everywhere is A Dying City

I understand why overthinking is a bad habit, not just a psychological issue, sometimes it can even lead to sins — lots of them. But we live in a dying city, although just like in everywhere else. It's so tiring to see such a fast-paced world. No rest, no emotion, people race to reach higher places... Although how high is high enough? I don't know. I'm dreaming of a simple and unsophisticated life. Anyway in the surah Quraish, a blessed person has enough to eat and is safe against fear. No Ferrari, no 4-storey house, no Gucci... Just a simple meal and protection. And yes, that's true... How much can you eat before your stomach exploded?  We don't need a lot... We just need simple things... الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4) But today, even food and security is a privilege, so are housing, clothing, healthcare, and education. Indeed, we live in a crossroad of ideologies. This world — that's dying — has developed Capitalism to its finest. ...

Membedah Baqa' dalam Diri

Manusia fitrahnya memang dilengkapi dengan naluri-naluri ( gharaiz ( plural ), gharizah ( singular )). Yang pertama ada naluri ingin menyembah sesuatu ( gharizah tadayyun ), kemudian naluri ingin mencintai ( gharizah nau' ), dan terakhir naluri mempertahankan diri ( baqa' ). Bagi orang yang pernah membaca kitab ulama kontemporer, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pasti aware  dengan naluri alamiah manusia ini. Mempunyai naluri itu tidak dosa, karena mau bagaimana lagi? Itu sudah karakter alami manusia. Jadi, pahala dan dosa hanya berlaku dalam konteks bagaimana cara manusia memuaskan naluri itu, dengan cara-cara yang halal kah atau haram? Sepertinya dalam analisis saya terhadap diri sendiri, naluri saya yang paling dominan adalah baqa' . Ego saya sangat keras dan tinggi, dan jika tidak didudukkan saya tahu saya sangat berpotensi membuat dosa karena hal itu suatu hari nanti. Kemudian akhir-akhir ini saya kembali berada di persimpangan jalan dimana gharizah baqa'  saya tersent...

MONOLOGUE DISCUSSION #1: Apakah Usulan Pelaksanaan Sistem Ekonomi Islam Intoleran?

  (video lebih lengkap ada di Instagram / Tiktok @kucingmasjid_) Rekan-rekan pasti pernah mendengar tentang sistem ekonomi Islam ya? Mungkin secara umum ataupun secara detail… Jadi, beberapa tahun terakhir ini saya mulai memiliki ketertarikan mempelajari sistem ekonomi Islam; membaca buku-buku ekonomi Islam, ikut webinar, atau bahkan diskusi dua arah dengan orang-orang yang lebih mafhum. Terbesit di dalam benak saya tuh… wah masya Allah ya sistem ekonomi Islam ini itu super daebak, wanbyokhae , ajib yang pasti bakal membawa maslahat kalau bisa direalisasikan. Tapi sembari itu, dalam benak saya perang pemikiran langsung was wus was wus , ibarat melakukan diskusi tapi ‘monolog’ dengan sudut hati saya yang ingin meng- counter attack ideasi pelaksanaan sistem ekonomi Islam itu sendiri di era yang katanya ‘modern’ ini, sambil juga otak saya mereka ulang opini banyak orang di sekitar saya yang merasa sistem ekonomi Islam tersebut terlalu utopis untuk saat ini. Namun, benarkah de...