Langsung ke konten utama

MONOLOGUE DISCUSSION #1: Apakah Usulan Pelaksanaan Sistem Ekonomi Islam Intoleran?

 

(video lebih lengkap ada di Instagram / Tiktok @kucingmasjid_)

Rekan-rekan pasti pernah mendengar tentang sistem ekonomi Islam ya? Mungkin secara umum ataupun secara detail…

Jadi, beberapa tahun terakhir ini saya mulai memiliki ketertarikan mempelajari sistem ekonomi Islam; membaca buku-buku ekonomi Islam, ikut webinar, atau bahkan diskusi dua arah dengan orang-orang yang lebih mafhum.

Terbesit di dalam benak saya tuh… wah masya Allah ya sistem ekonomi Islam ini itu super daebak, wanbyokhae, ajib yang pasti bakal membawa maslahat kalau bisa direalisasikan.

Tapi sembari itu, dalam benak saya perang pemikiran langsung was wus was wus, ibarat melakukan diskusi tapi ‘monolog’ dengan sudut hati saya yang ingin meng-counter attack ideasi pelaksanaan sistem ekonomi Islam itu sendiri di era yang katanya ‘modern’ ini, sambil juga otak saya mereka ulang opini banyak orang di sekitar saya yang merasa sistem ekonomi Islam tersebut terlalu utopis untuk saat ini.

Namun, benarkah demikian?

Coba kita jabarkan satu-satu ya di MONOLOGUE DISCUSSION ep 1 pertama ini…


Q #1: Memperjuangkan pelaksanaan sistem ekonomi Islam di tengah masyarakat heterogen ini? Kamu tidak merasa itu intoleran dan diskriminatif?

Dalam surat ke-21, Al-Anbiya ayat ke-107 di dalam Alquran, Allah, Tuhan berfirman bahwa Nabi Muhammad diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Istilah yang sering kita dengar adalah rahmatan lil ‘alamin yang berarti rahmat, lil bagi, semesta. Bukan rahmatan lil muslimin apalagi rahmatan lil orang Arab.

Bukan.

Tapi semesta.

Dan itu benar, ketika saya diberi kesempatan untuk belajar membedah lapisan-lapisan Islam itu, saya menemukan bahwa memang Islam itu concern-nya adalah seluruh dunia. Banyak sekali aturan-aturan turunannya, termasuk Sistem Ekonomi Islam yang output-nya mengelola kesejahteraan masyarakat secara umum.

Menurut saya, Sistem Ekonomi Islam ini lebih cocok, sesuai dengan gagasan para generasi pendahulu kita ya, di Indonesia… Dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya yang populer dan pernah atau sedang menghegemoni seperti Sosialis-Komunisme dan Kapitalisme.


Q #2: Oh ya? Bagaimana Sistem Ekonomi Islam lebih sesuai dengan gagasan generasi pendahulu kita?

Izinkan saya mengutip pembahasaan dari sebuah artikel yang pernah saya baca tentang mengapa Sistem Ekonomi Islam itu lebih unik dibandingkan Kapitalisme dan Sosialis-Komunisme…

Penulisnya, Irfan, menjelaskan bahwa sistem ekonomi Islam ini menitikberatkan pada keadilan. Adil di sini bukan hanya fair atau sama-rata, tapi lebih kepada ‘meletakkan segala sesuatu sesuai porsinya’.

Nah, menurut Irfan untuk mencapai keadilan tersebut, Sistem Ekonomi Islam ini tidak mengesampingkan kebebasan untuk mencapai equality sebagaimana Sosialis-Komunisme… maupun membuang equality demi bisa meraih kebebasan sebagaimana Kapitalisme…

Jadi ya… yang dimaksud Islam, termasuk Sistem Ekonomi Islam ini adalah ‘tengah-tengah’… ya memang betul-betul ‘tengah’. Al-wasath… sebagaimana di surat ke-2 Al-Baqarah ayat 143, maksudnya dari pertengahan itu ya seperti ini, teguh dalam pendiriannya untuk terus menjadi adil dan vice versa, untuk tetap menjadi adil maka Sistem Ekonomi Islam tidak boleh tidak teguh pendiriannya misal dicampur dengan Sosialis-Komunisme apalagi Kapitalisme.


Q #3: Bisa diberi contoh maksudnya Sistem Ekonomi Islam lebih adil itu bagaimana wujudnya?

Mudahnya, Islam mengakui ada beragam hak kepemilikan;

Poin ke-1) Kepemilikan Individu: seperti yang kita tahu, kita boleh punya rumah, punya alat transportasi, mendapatkan warisan… bahkan punya tanah—tapi tetap ada kriterianya, nanti akan saya sampaikan di poin ke-3.

Poin ke-2) Kepemilikan negara: seperti tanah-tanah sitaan, atau tanah yang kita dapatkan dari negara lain melalui damai atau perang, atau juga hibah itu bisa… namun untuk kepemilikan negara ini saya belum bisa menjelaskan secara rinci karena belum mempelajari lebih lanjut.

Nah, poin ke-3) Kepemilikan umum. Ada satu hadits dalam kepemilikan umum ini yang dulu membuat saya tertarik belajar Ekonomi Islam. Nabi Muhammad pernah bersabda intinya bahwa ‘umat/masyarakat itu berserikat dalam tiga hal yaitu: padang rumput, api, dan air’. Ini adalah tiga tipe sumber daya alam yang melimpah, bahkan mungkin tidak habis-habis dalam waktu dekat, resources ini TIDAK BOLEH diprivatisasi menurut pandangan Islam.

Maka, ketika saya membaca postingan tentang Pak Mahfud MD yang pernah menyatakan bahwa jika SDA kita tidak diprivatisasi maka rakyat Indonesia bisa diberi 30 juta rupiah per bulan—diberi cuma-cuma, bukan dipinjami—saya merasa… wah relevan sekali dengan hadits ini.

Tidak heran bahwa ketika Sistem Ekonomi Islam sedang jaya-jayanya dulu, rakyat di negeri Muslim misalkan Andalusia atau Abbasiyah bisa mendapatkan jaminan pengobatan dan pendidikan gratis… Bahkan tanpa harus asuransi he he he…

Dan perlu diingat bahwa masyarakat saat itu juga heterogen. Di negeri Muslim tersebut ada juga yang beragama Kristen Ortodoks, Katolik, Yahudi, Pagan, dan sebagainya.

 

Yah, masih banyak lagi yang menarik tentang Sistem Ekonomi Islam, tapi saya… capek ngeditnya wkwk… Dan kepala saya hampir meledak karena debat internal ya, jadi disudahi dulu.

Yang jelas, kesimpulannya adalah  Apakah Usulan Pelaksanaan Sistem Ekonomi Islam Intoleran? NGGA DONG…!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dear Husband, Everywhere is A Dying City

I understand why overthinking is a bad habit, not just a psychological issue, sometimes it can even lead to sins — lots of them. But we live in a dying city, although just like in everywhere else. It's so tiring to see such a fast-paced world. No rest, no emotion, people race to reach higher places... Although how high is high enough? I don't know. I'm dreaming of a simple and unsophisticated life. Anyway in the surah Quraish, a blessed person has enough to eat and is safe against fear. No Ferrari, no 4-storey house, no Gucci... Just a simple meal and protection. And yes, that's true... How much can you eat before your stomach exploded?  We don't need a lot... We just need simple things... الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ (4) But today, even food and security is a privilege, so are housing, clothing, healthcare, and education. Indeed, we live in a crossroad of ideologies. This world — that's dying — has developed Capitalism to its finest. ...

Membedah Baqa' dalam Diri

Manusia fitrahnya memang dilengkapi dengan naluri-naluri ( gharaiz ( plural ), gharizah ( singular )). Yang pertama ada naluri ingin menyembah sesuatu ( gharizah tadayyun ), kemudian naluri ingin mencintai ( gharizah nau' ), dan terakhir naluri mempertahankan diri ( baqa' ). Bagi orang yang pernah membaca kitab ulama kontemporer, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pasti aware  dengan naluri alamiah manusia ini. Mempunyai naluri itu tidak dosa, karena mau bagaimana lagi? Itu sudah karakter alami manusia. Jadi, pahala dan dosa hanya berlaku dalam konteks bagaimana cara manusia memuaskan naluri itu, dengan cara-cara yang halal kah atau haram? Sepertinya dalam analisis saya terhadap diri sendiri, naluri saya yang paling dominan adalah baqa' . Ego saya sangat keras dan tinggi, dan jika tidak didudukkan saya tahu saya sangat berpotensi membuat dosa karena hal itu suatu hari nanti. Kemudian akhir-akhir ini saya kembali berada di persimpangan jalan dimana gharizah baqa'  saya tersent...