Rekan-rekan pasti pernah
mendengar tentang sistem ekonomi Islam ya? Mungkin secara umum ataupun secara
detail…
Jadi, beberapa tahun terakhir ini
saya mulai memiliki ketertarikan mempelajari sistem ekonomi Islam; membaca
buku-buku ekonomi Islam, ikut webinar, atau bahkan diskusi dua arah dengan
orang-orang yang lebih mafhum.
Terbesit di dalam benak saya tuh…
wah masya Allah ya sistem ekonomi Islam ini itu super daebak, wanbyokhae,
ajib yang pasti bakal membawa maslahat kalau bisa direalisasikan.
Tapi sembari itu, dalam benak
saya perang pemikiran langsung was wus was wus, ibarat melakukan diskusi
tapi ‘monolog’ dengan sudut hati saya yang ingin meng-counter attack
ideasi pelaksanaan sistem ekonomi Islam itu sendiri di era yang katanya
‘modern’ ini, sambil juga otak saya mereka ulang opini banyak orang di sekitar
saya yang merasa sistem ekonomi Islam tersebut terlalu utopis untuk saat ini.
Namun, benarkah demikian?
Coba kita jabarkan satu-satu ya
di MONOLOGUE DISCUSSION ep 1 pertama ini…
Q #1: Memperjuangkan pelaksanaan
sistem ekonomi Islam di tengah masyarakat heterogen ini? Kamu tidak merasa itu
intoleran dan diskriminatif?
Dalam surat ke-21, Al-Anbiya ayat
ke-107 di dalam Alquran, Allah, Tuhan berfirman bahwa Nabi Muhammad diturunkan
sebagai rahmat bagi seluruh alam. Istilah yang sering kita dengar adalah rahmatan
lil ‘alamin yang berarti rahmat, lil bagi, semesta. Bukan rahmatan
lil muslimin apalagi rahmatan lil orang Arab.
Bukan.
Tapi semesta.
Dan itu benar, ketika saya diberi
kesempatan untuk belajar membedah lapisan-lapisan Islam itu, saya menemukan
bahwa memang Islam itu concern-nya adalah seluruh dunia. Banyak sekali
aturan-aturan turunannya, termasuk Sistem Ekonomi Islam yang output-nya
mengelola kesejahteraan masyarakat secara umum.
Menurut saya, Sistem Ekonomi
Islam ini lebih cocok, sesuai dengan gagasan para generasi pendahulu kita ya,
di Indonesia… Dibandingkan dengan sistem ekonomi lainnya yang populer dan
pernah atau sedang menghegemoni seperti Sosialis-Komunisme dan Kapitalisme.
Q #2: Oh ya? Bagaimana Sistem
Ekonomi Islam lebih sesuai dengan gagasan generasi pendahulu kita?
Izinkan saya mengutip pembahasaan
dari sebuah artikel yang pernah saya baca tentang mengapa Sistem Ekonomi Islam
itu lebih unik dibandingkan Kapitalisme dan Sosialis-Komunisme…
Penulisnya, Irfan, menjelaskan
bahwa sistem ekonomi Islam ini menitikberatkan pada keadilan. Adil di sini
bukan hanya fair atau sama-rata, tapi lebih kepada ‘meletakkan segala
sesuatu sesuai porsinya’.
Nah, menurut Irfan untuk mencapai
keadilan tersebut, Sistem Ekonomi Islam ini tidak mengesampingkan kebebasan
untuk mencapai equality sebagaimana Sosialis-Komunisme… maupun membuang equality
demi bisa meraih kebebasan sebagaimana Kapitalisme…
Jadi ya… yang dimaksud Islam,
termasuk Sistem Ekonomi Islam ini adalah ‘tengah-tengah’… ya memang betul-betul
‘tengah’. Al-wasath… sebagaimana di surat ke-2 Al-Baqarah ayat 143,
maksudnya dari pertengahan itu ya seperti ini, teguh dalam pendiriannya untuk
terus menjadi adil dan vice versa, untuk tetap menjadi adil maka Sistem
Ekonomi Islam tidak boleh tidak teguh pendiriannya misal dicampur dengan
Sosialis-Komunisme apalagi Kapitalisme.
Q #3: Bisa diberi contoh
maksudnya Sistem Ekonomi Islam lebih adil itu bagaimana wujudnya?
Mudahnya, Islam mengakui ada
beragam hak kepemilikan;
Poin ke-1) Kepemilikan Individu:
seperti yang kita tahu, kita boleh punya rumah, punya alat transportasi,
mendapatkan warisan… bahkan punya tanah—tapi tetap ada kriterianya, nanti akan
saya sampaikan di poin ke-3.
Poin ke-2) Kepemilikan negara:
seperti tanah-tanah sitaan, atau tanah yang kita dapatkan dari negara lain
melalui damai atau perang, atau juga hibah itu bisa… namun untuk kepemilikan
negara ini saya belum bisa menjelaskan secara rinci karena belum mempelajari
lebih lanjut.
Nah, poin ke-3) Kepemilikan umum.
Ada satu hadits dalam kepemilikan umum ini yang dulu membuat saya tertarik
belajar Ekonomi Islam. Nabi Muhammad pernah bersabda intinya bahwa
‘umat/masyarakat itu berserikat dalam tiga hal yaitu: padang rumput, api, dan air’.
Ini adalah tiga tipe sumber daya alam yang melimpah, bahkan mungkin tidak
habis-habis dalam waktu dekat, resources ini TIDAK BOLEH diprivatisasi
menurut pandangan Islam.
Maka, ketika saya membaca
postingan tentang Pak Mahfud MD yang pernah menyatakan bahwa jika SDA kita
tidak diprivatisasi maka rakyat Indonesia bisa diberi 30 juta rupiah per bulan—diberi
cuma-cuma, bukan dipinjami—saya merasa… wah relevan sekali dengan hadits
ini.
Tidak heran bahwa ketika Sistem
Ekonomi Islam sedang jaya-jayanya dulu, rakyat di negeri Muslim misalkan
Andalusia atau Abbasiyah bisa mendapatkan jaminan pengobatan dan pendidikan
gratis… Bahkan tanpa harus asuransi he he he…
Dan perlu diingat bahwa
masyarakat saat itu juga heterogen. Di negeri Muslim tersebut ada juga yang
beragama Kristen Ortodoks, Katolik, Yahudi, Pagan, dan sebagainya.
Yah, masih banyak lagi yang
menarik tentang Sistem Ekonomi Islam, tapi saya… capek ngeditnya wkwk… Dan
kepala saya hampir meledak karena debat internal ya, jadi disudahi dulu.
Yang jelas, kesimpulannya
adalah Apakah Usulan Pelaksanaan Sistem
Ekonomi Islam Intoleran? NGGA DONG…!
Komentar
Posting Komentar